Anda belum login [ Login ]
Resource » Berita Terkini | Artikel | Download
Cari di Arsip:

Punya 4 Juta Pengguna, LinkedIn Segera Berkantor di Indonesia?

Tanggal: 28 Feb 2015
Sumber: Achmad Rouzni Noor II - detikinet

NamaDomain.com,

Jakarta - Jejaring profesional LinkedIn tumbuh pesat di Indonesia dalam setahun terakhir. Pengguna yang tergabung di dalamnya bertambah 40% menjadi 4 juta. Tanda-tanda bakal segera bikin kantor di Indonesia?

"Soal kantor di Indonesia, tak menutup kemungkinan ada rencana ke situ. Tapi bukan porsi saya dalam pengambilan keputusan," kata Aeran Ismail, LinkedIn Evangelist Southeast Asia saat ditemui detikINET di sela Social Media Week 2015 di Pacific Place, SCBD, Jakarta. 

Indonesia diakuinya punya sumbangsih besar terhadap bisnis LinkedIn karena turut menyumbang sekitar sepertiga dari seluruh pengguna LinkedIn di Asia Tenggara. Jadi memang sudah seharusnya perusahaan asal Amerika Serikat itu berkantor di negeri ini.

"LinkedIn secara global ada 347 juta member. Di Indonesia ada 4 juta, lebih banyak dibanding Malaysia 2 juta dan Singapura 1 juta," kata pria yang sehari-harinya berkantor di Singapura itu.

Dari 4 juta pengguna itu, ada sejumlah data menarik yang bisa dijadikan bahan acuan. Misalnya, ada 5 besar perusahaan yang paling banyak diikuti oleh para profesional di Indonesia, seperti Chevron, Unilever, BP, Shell, dan Pertamina.

Kemudian, 5 besar perusahaan Indonesia yang diikuti oleh anggota LinkedIn secara global. Yakni, Pertamina, Pertamina EP, Medco E&P Indonesia, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

Lantas, ada juga 5 universitas paling representatif di LinkedIn, seperti Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, Universitas Padjadjaran, dan Universitas Bina Nusantara.


Data-data yang telah dikumpulkan oleh jejaring sosial itu diakui bisa dimonetisasi melalui akun premium berbayar seperti LinkedIn Recruiter dan LinkedIn Career Pages. "Itu sebabnya kami tak bisa dibandingkan dengan Facebook atau Twitter, karena bisnis kami berbeda," jelas Aeran.

Perubahaan Generasi Pencari Kerja

Ia juga memaparkan, bahwa segmentasi pencari kerja generasi muda saat ini berbeda dengan pencari kerja zaman dulu. "Dulu orang biasanya nggak pakai mikir, asal melamar dan diterima bekerja saja sudah syukur. Kalau sekarang beda ceritanya."

"Anak muda sekarang kalau mau melamar, ke perusahaan PT ABC, misalnya. Mereka pasti googling dulu, lihat reputasi perusahaannya. Nah, kalau perusahaannya tidak jago branding, pasti akan kehilangan SDM potensial," paparnya.

Dijelaskan olehnya, ada tiga generasi kerja yang harus diperhatikan: Baby Boomers, Gen-X dan Gen-Y. Mereka berbeda-beda cara pemikiran dan cara kerjanya. Apalagi soal kerja dan mencari kerja.

"Itu sebabnya, human resources is the new marketing. Dari tahun 2015 sampe 2040, tenaga kerja akan di dominasi Gen-Y. Dan organisasi dan bisnis kalo mau sukses harus cari cara untuk mendapat Gen-Y."

"Tapi cara untuk dapat perhatian Baby Boomers dan Gen-Y beda banget. Makanya melalui social media, bisa menggunakan video dan foto untuk menarik perhatian Gen-Y untuk percaya dan mempelajari mengenai perusahaan tersebut. 

"Angle-nya juga harus fun dan atraktif supaya menarik perhatian Gen-Y. Kata kuncinya employer branding," demikian Aeran panjang lebar memaparkan perubahan kebiasaan pencari kerja di era media sosial saat ini.


(rou/asj)