Anda belum login [ Login ]
Resource » Berita Terkini | Artikel | Download
Cari di Arsip:

Jakarta (Bukan) Cuma Mimpi Jadi Kota Pintar

Tanggal: 04 Mar 2015
Sumber: Fino Yurio Kristo - detikinet

NamaDomain.com,

Barcelona - Jakarta, tak dapat dipungkiri, memang menyimpan banyak sekali permasalahan. Tapi di sisi lain, ibukota negara ini terus berkembang, bahkan berpotensi menjadi kota yang maju di masa depan.

"Jakarta sebenarnya sudah tidak lagi berkembang, tapi sudah berada di middle," kata Thomas Jul, Presiden Direktur Ericsson Indonesia di sela gelaran Mobile World Congress 2015 di Barcelona yang dihadiri langsung olehdetikINET.

Jadi memimpikan Jakarta menjadi kota pintar bukan sesuatu yang mengawang-awang. Kota pintar berarti Jakarta akan banyak mengadopsi kecanggihan teknologi untuk memecahkan berbagai masalah dan memudahkan warganya, contohnya dalam hal kemacetan.

Dalam visi Ericsson, masyarakat kota di masa depan akan menjadi networked society. Istilah networked society ini pertama kali digaungkan oleh CEO Ericsson, Hans Vestberg pada tahun 2011 lalu. 

Intinya, networked society adalah kondisi di mana mayoritas warga memanfaatkan konektivitas jaringan internet untuk memepermudah hidup sehari-hari atau dalam bisnis. Contohnya misalnya, mobil yang terkoneksi internet yang akan diberitahu secara real time oleh sistem jika ada potensi kecelakaan.

Contoh yang lain adalah munculnya rumah rumah pintar di mana perangkat elektroniknya dapat dikontrol melalui gadget, demikian juga kunci masuknya. Nah, menurut Thomas Jul, networked society semacam itu juga akan terjadi di Jakarta, suatu saat di masa depan.

"Ya, itu akan terjadi di Jakarta, saya tak ada keraguan. Tapi pertama memang perlahan dulu. Sekarang sudah ada contoh solusi sederhana, aplikasi yang memberitahu jalanan mana yang lalu lintasnya tak terlalu macet. Tidak terlalu sulit membuat solusi seperti itu," kata Jul.


"Memang untuk smart traffic solution yang bisa mencegah kecelakaan lalu lintas dan sebagainya mungkin masih cukup jauh. Tapi solusi untuk menghindari kepadatan lalu lintas dan menunjukkan arah yang lain, bisa dilakukan sangat cepat," paparnya.

Dalam penelitian terbaru Ericsson yang bertajuk Networked Society City Index baru-baru ini, Jakarta memang ditempatkan pada posisi 34 dari 40 kota di dunia soal tingkat adopsi ICT (information and communications technology). Akan tetapi menurut Jul itu bukan alasan untuk pesimis.

"Dalam beberapa tahun ini, perkembangan kota di urutan bawah itu malah jauh lebih cepat. Bukan tidak mungkin mereka akan menyalip. Dan tidak ada alasan mengapa Jakarta tidak bisa melakukan hal itu," tutur pria berkebangsaan Denmark itu.

Adopsi teknologi baru untuk mewujudkan networked society ini diyakini akan terjadi di kota seperti Jakarta karena membawa banyak manfaat, misalnya pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran bagi warga. Jadi semoga saja di masa depan, Jakarta benar-benar menjadi kota pintar.


(fyk/rou)